Jumat, 26 Juni 2009

Tubuh Mungil Itu Mengharap Surga

Pagi ini begitu syahdu, ketika baca posting salah satu member sehat.
Saya jadi merasa begitu apa ya.....menyesal...ketika :

  1. Tidak bisa menahan diri ketika Dika melakukan kesalahan,
  2. Tidak bisa mengajak dika disetiap aktivitas yang kulakukan
  3. Suka membandingkan dika dengan anak-anak yang lain.
  4. Meninggalkan dia menangis sewaktu berangkat kerja
  5. Tidak bisa menemani sekolah, dll

Ya Allah,
Mungkin aku bukan Ibu yang sempurna buat Dika
Tapi Dika begitu berharga buatku, Dika adalah permata hatiku
Aku akan selalu menjaganya sampai kapanpun dan dengan keadaaan apapun
Aku akan menerima apapun kelebihan dan kekurangan yang Ia miliki
Aku akan mencintainya sepenuh Hatiku

Dika.....Maafkan Mama ya sayang....... I love you so much

Silahkan membaca ya.....

**********************************************************************************************************

Tubuh Mungil Itu Mengharap Surga
by Nopriadi

Tubuh mungil itupun terjerembab jatuh setelah didorong bapaknya yang sedang kesetanan. Tidak puas melihat anaknya menahan tangis, tongkat sapu pun dilayangkan hingga mengenai pantat anak kecil yang baru 6 tahun itu. Tiga pukulan yang keras akhirnya  membuat tangis anak itu menggelegar. Tubuhnya terguncang menahan sakit dan  tangisnya terdengar pilu. Setelah puas melihat anaknya menangis, sang bapakpun  berkata dengan kasar: "Kenapa Ilman mencuri uang bapak?  Untuk apa uang 50 ribu itu? Bukankah selama ini Ilman diberi sehari 5 ribu untuk  jajan di sekolah? Sementara anak lain tidak ada yang diberikan sebanyak
itu.

Setiap tahun Ilman diberikan baju, tas, sepatu dan semua kebutuhan. Bapak  bekerja siang dan malam untukmu Man!!!!"

Anak ini hanya bisa menangis tersedu. Dia tidak mampu menjawab pertanyaan dan kemarahan bapak yang dicintainya. Dia hanya bisa merintih menahan sakit di bagian kepala yang baru saja terbentur. Suasanapun berangsur mereda dan menjadi sunyi. Namun,
tiba-tiba saja dari ruang tengah berdering telepon. Sang bapak yang sudah  terlihat capek ini perlahan mendekati gagang telepon.

Dikejauhan terdengar suara  perempuan. Ternyata, ia adalah ibu guru anak ini. Setelah basa-basi sebentar bu  gurupun bercerita,  "Bagaimana si Ilman pak?
Maaf saya menelpon bapak karena ada hal penting yang perlu bapak ketahui. Akhir-akhir ini si Ilman terlihat murung. Kira-kira sudah satu minggu ini. Tadi pagi dia datang menemui saya. Dia mengemukakan kebingungannya. Ia mengaku telah mencuri uang bapak. Dan saya lihat uang yang dicuri 50 ribu rupiah. Dia bertanya apakah itu berdosa. Saya mengatakan bahwa itu dilarang agama. Kemudian dia mengeluarkan uang sebanyak 30 ribu rupiah dari tasnya. Sayapun kaget dan bertanya apakah itu hasil dari mencuri. Dia menggelengkan kepala dan mengatakan tidak. Uang itu dikumpulkan dari uang jajan yang bapak  berikan setiap hari.  Jadi, selama ini dia tidak jajan selama seminggu.

Yang membuat saya iba dan sedih ketika Ilman bertanya apakah uang yang ia kumpulkan ini cukup untuk pergi ke Surga? Saya tanya kenapa? Katanya ia ingin bertemu ibunya yang sekarang di surga. Ia kangen sama ibu Pak.  Ia ingin seperti teman-temanya yang masih bisa
berkumpul dengan kedua orang tuanya. Ia kangen sekali sama ibu Pak. Kata  Ilman ibunya telah menghilang setelah ketemu terakhir di rumah sakit.

Maaf.....".
Telpon itupun terputus.. Tidak kuat menahan tangis sang bapak berlari menuju Tubuh mungil itu. Tubuh kecil itupun diangkat dengan penuh kasih.

Namun takdir berbicara lain, anak itu telah menyusul ibunya di surga....

Profesional muda yang dirahmati Allah, Anak adalah titipan. Ia adalah buah dari cinta kasih bersama pasangan kita. Allah SWT telah menganugerahkan anak itu untuk dibesarkan,
dipelihara, dirawat, diajarkan kasih sayang, dididik agar taat kepada orang tua  dan agamanya. Anak jugalah yang bisa mengangkat derajat orang tuanya di surga.

Rasulullah saw bersabda :

"Sesungguhnya Allah SWT akan mengankat derajat seorang hamba yang shalih di surga. Kelak ia akan berkata, ''Wahai Rabbku, bagaimana hal ini bisa terjadi padaku?' . Dijawab,'karena permohonan ampunan anakmu untukmu"

Profesional muda,
Sudahkah kita memperlakukan anak kita dengan baik? Sudahkah kita mengetahui harapan-harapannya? Impiannya? Keinginannya? Dan...yang terbaik untuknya? Ingatlah, anak yang shaleh adalah satu-satunya orang yang masih bisa berkirim kebaikan pada kita, disaat semua
pintu amal telah terputus. Saat kematian bersama kita, ketika di alam  barzah, menunggu hari Perhitungan.

15 komentar:

  1. Huhuhu, jadi sediiiiih. Inget suka emosi kalo anak mulai 'nakal', hiks :(( :(( :((

    BalasHapus
  2. Ya Allah...
    Memang suka marah.. klo anak uda ga mau denger, nakal..
    tapi cuma bisa ngomel dong.. Alhamdulillah tangan saya tidak bergerak...untuk melakukan kekerasan mudah2an jgn sampe terjadi pada diriku..

    TFS mba. shin

    BalasHapus
  3. aduh sedih.. terharu.. jangan pukul anak yah

    BalasHapus
  4. merinding gue bacanya...
    makasih y shin untuk ingetin gue selalu sabar menghadapo 2i..

    BalasHapus
  5. Insya ALLAH gak akan pernah main tangan sama anak... Aamiin

    BalasHapus
  6. Jadi pingin nangis mbak....
    Aku sih nggak pernah mungul, tapi ngomel sering....*jadi nyesal*

    BalasHapus
  7. TFS mbak shin...jadi inget juga suka ngedumel klo bocah yang disini mulai bertingkah

    BalasHapus
  8. duh, mba'...serasa dibetot hati ini baca postingannya. lsg meluk aila & shafiq yg msh pd pulas. smg Allah slalu m'jaga kita dr segala kekejian.
    luv,
    -renée, bundanya aila & shafiq-

    BalasHapus
  9. huaaaa sedih banget.. nice posting, aku jg mau ikut copas ya, buat pengingat diriku....

    BalasHapus